KUNJUNGAN DALAM RANGKA KOORDINASI KELOMPOKTANI HARUM TANI KE BPP WILAYAH VII: HASIL PANEN CABAI KERITING MENJANJIKAN, TAPI HARGA JUAL MASIH JADI TANTANGAN


 Bogor – Pengurus Kelompoktani Harum Tani, Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, melakukan kunjungan ke BPP Wilayah VII Kabupaten Bogor untuk melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan Pertanian Keluarga Pengembangan Cabai Keriting yang telah dilaksanakan di lahan seluas 1 hektar. Kegiatan ini bertujuan memperkuat ketahanan pangan keluarga melalui pengembangan komoditas unggulan yaitu cabai keriting.

Kang Mansur, Bendahara Kelompoktani Harum Tani, menyampaikan bahwa hasil panen cabai keriting cukup baik, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dalam luasan 1 hektar, cabai keriting yang sudah dipanen sebanyak 8 kali. Berikut rincian hasil panen:

1. Panen Perdana
Waktu panen: Usia tanaman 75–80 hari setelah tanam (HST).
Hasil panen: 2,5 ton cabai segar.

2. Panen Kedua
Waktu panen: 85–90 HST (selang waktu 7–10 hari setelah panen pertama).
Hasil panen: 2,3 ton.

3. Panen Ketiga
Waktu panen: 95–100 HST.
Hasil panen: 2,0 ton.

4. Panen Keempat
Waktu panen: 105–110 HST.
Hasil panen: 1,8 ton.

5. Panen Kelima
Waktu panen: 115–120 HST.
Hasil panen: 1,5 ton.

6. Panen Keenam
Waktu panen: 125–130 HST.
Hasil panen: 1,2 ton.

7. Panen Ketujuh
Waktu panen: 135–140 HST.
Hasil panen: 0,8 ton.

8. Panen Kedelapan
Waktu panen: 145–150 HST (panen terakhir karena produktivitas menurun).
Hasil panen: 0,5 ton.

Total hasil panen: 12,6 ton cabai keriting dari lahan seluas 1 hektar.

Panen dilakukan berkala setiap 7–10 hari untuk menjaga kualitas cabai. Frekuensi panen sebanyak delapan kali ini menunjukkan tingkat produktivitas yang cukup baik, meskipun harga jual di pasaran menjadi tantangan utama bagi petani.

Namun, Mansur menambahkan bahwa kendala utama terletak pada harga jual cabai yang cenderung kurang menguntungkan bagi petani. "Harga sering tidak bersahabat. Saat panen melimpah, harga di pasaran justru anjlok," ujarnya.

Selain itu, Bapak Ahmad Yani atau akrab disapa Pak Ujang, selaku sekertaris kelompok, melaporkan adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai keriting. Dua permasalahan utama yang sering muncul yaitu:

1. Hama Thrips (Thrips parvispinus): Menyebabkan daun keriting dan menghambat fotosintesis.

2. Penyakit Antraknosa (Colletotrichum sp.): Menyerang buah dan menyebabkan bercak busuk, sehingga mengurangi nilai jual.

“Tingkat serangan hanya sekitar 10% karena sebelumnya kami telah melaksanakan kegiatan Gerakan Pengendalian (GerDal) hama dan penyakit di kelompok kami, sehingga serangan dapat diminimalkan,” jelas Pak Ujang.

Koordinator BPP Wilayah VII menyambut baik laporan ini dan mengapresiasi langkah Kelompoktani Harum Tani yang aktif berkoordinasi. Pihaknya berkomitmen mendukung dengan penyuluhan terkait pengendalian hama dan penyakit serta solusi pemasaran untuk meningkatkan kesejahteraan petani. "Kami akan terus mendorong inovasi dan akses pasar yang lebih baik agar petani mendapatkan hasil yang optimal," ujar perwakilan BPP.

Dengan hasil panen yang menjanjikan dan koordinasi yang intensif, diharapkan tantangan pemasaran dapat segera teratasi, sehingga program pengembangan cabai keriting ini semakin membawa manfaat bagi petani dan masyarakat sekitar. [Red_AKw]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KWT EMBUN PAGI DESA CIMANDE HILIR JADI CONTOH KESUKSESAN PROGRAM P2L DI KABUPATEN BOGOR

KWT SRI REJEKI DESA LEMAH DUHUR KUATKAN KETAHANAN PANGAN MELALUI BUDIDAYA HORTIKULTURA

PENYULUH URUSAN SUPERVISI AKHIRI MASA JABATAN DENGAN MONITORING SEKOLAH LAPANG PADI GOGO DI KELOMPOKTANI TUNAS SEJAHTERA DESA CIPELANG